Dan soal kalimat terakhir. Itu memang benar, dan itu kenyataan.



                 Aku bergegas jalan ketempat tujuan. Tempat pertemuan yang udah dijanjikan dengannya kemarin. Aku  sampai duluan di tempat tujuan. Ini tempat baru. Seperti rumah-rumah di pedesaan, memiliki kaki dan harus menggunakan tangga untuk naik. Atapnya pun bukan dari genteng ataupun asbes seperti di kota-kota. Tak begitu banyak pohon, tapi cukup sejuk suasananya. Dibelakang pemukiman warga, tapi bukan dari semen ataupun dinding kokoh. Hanya triplek-triplek yang disusun hingga dapat dijadikan tempat tinggal. Aku bingung tempat apa ini ?. pertama kalinya aku singgah ditempat ini.
                Tak berapa lama, terlihat di depan gang sana anak-anak SMA yang baru pulang sekolah. Hari apa ini ?. aku teringat kalau saat ini aku liburan. Tak lama, hanya karena kelas 12 sedang melaksanakan Ujian Nasional. Mereka lewat dengan senyuman-senyuman indah. Oh iya hari ini kan hari terakhir mereka bertarung dengan soal-soal negara. Mengenakan seragam sama, atas baju putih dan bawah abu-abu. Yang putri pakai rok dan tentu yang pria memakai celana. Sebenernya itu warna biru muda tapi banyak yang bilang abu-abu. Yasudahlah.
                Seorang pria menghampiriku, salah satu siswa SMA tadi. Mengayuh sepedahnya mendekatiku. Ikut naik ke atas, dan kami berbincang-bincang. Perbincangan kecil, ini pun tak sengaja. Tapi tapi bukan dia orang yang ku tunggu sedari tadi. Pertemuan ini tak sengaja. “sedang apa disini ?” tanyanya kepadaku. “menunggu seseorang” jawabku atas pertanyaannya. “masih lama kah ?’ lanjutnya bertanya. “entahlah” jawabku singkat. Ya memang aku tak tahu kapan orang yang aku tunggu akan tiba. “yaudah, kakak gak bisa lama-lama nih. Pulang duluan ya” pamitnya padaku. “iya ka hati-hati ya” balasku. Dia turun kebawah menggunakan tangga. Mengambil sepedahnya dan mulai dikayuh kembali menuju rumahnya. Melihatnya semakin menjauh, sampai tak terlihat lagi tetap saja orang yang ku tunggu belum datang.
                Menunggu kembali, sendiri aku menunggu disini. “hay” suara yang mengagetkanku. Ku arahkan pandanganku padanya. Dia temanku tapi bukan yang ku tunggu. “oh, hay” balasku atas sapaannya tadi.
X : “lagi ngapain disini ?”
Y : “Menunggu seseorang”
X : “siapa ?”
Y : “ kau tau lah ”
X : “ oh, iya iya”
Y : “ udah lama ?”
X : “lumayan”
                Percakapan ringan antara aku dengannya menemaniku menunggu seseorang yang sedang ku tunggu. Entah dari tadi sedang membahas apa. Mulai dari A sampai Z. Karena pembahasannya sedari tadi berbeda-beda topik pembicaraan. Melihat jam tangan yang sedang dia kenakan, ternyata aku sudah menunggu kurang lebih satu setengah jam. Lumayan lama untung saja ada teman mengobrol jadi tak terasa menunggu nya.
X : “eh maap ada semut dikepala tuh, sini diambilin”
Y : “mana, mana? Ambilin dong tolong”
                Saat tangannya sedang mengambil semut yang ada dikepala ku. Seketika orang yang ku tunggu ada dibelakangnya. Matanya melihat kearahku tapi kakinya melangkah bukan kearahku, membawa sesuatu tapi aku tak tau apa yang dia bawa. Heyyy ? kenapa ? kenapa dia tak menghapiriku. Aku biarkan dia ke arah rumah warga yang ada dibelakang tempatku menunggu ini. Mungkin dia sedang mengambil sesuatu atau sedang muter lewat belakang, entahlah. Namun ini lama, setelah aku melihatnya melangkah bukan ke arahku ternyata sudah lima belas menit dia pergi. Ada apa ? padahal sudah jelas kami janjian  di tempat ini ?. “ kau lihat dia tadi ? Persis dibelakangmu tapi dia tak jadi kesini. Malah pergi begitu saja. Ada apa?” tanyaku pada temanku. “hah, iya apa ? tidak lihat. Yasudah kita cari sekarang” usulnya padaku. “baiklah kau kearah kanan, aku kearah kiri” arahku. Kami mencarinya terpisah agar cepat ketemu. 
                Aku berjalan lurus sambil menengok ke kanan dan ke kiri, mencari sosok dirinya. Hatiku semakin tak enak, apakah dia marah atas kejadian tadi ? itukan tak sengaja hanya mengambil binatang yang ada di kepalaku. Semakin cepat langkah ini untuk mencarinya, dikerumunan orang-orang yang sedang berbelanja. Ya, aku mencarinya melewati toko-toko baju. Berlari tak peduli sekitar sedang ramai, sudah jauh aku berlari tetap saja dia tak ku temukan. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali, barangkali temanku sudah menemukannya duluan. Aku dan temanku bertemu di salah satu toko baju, nafasku sudah tak beraturan karena berlari tadi. Saat sampai ternyata temanku juga belum menemukannya. Kami cari lagi sekarang ke arah yang berlawanan, semakin kencang dan kencang langkahku. Aku berlari kembali mencarinya. Takut jika dia sudah pergi jauh dari tempat ini, cukup jauh aku berlari tapi tetap tak ada hasil. Ku putuskan untuk kembali ke toko baju tadi, berharap temanku sudah menemukannya. Nafasku semakin tak beraturan, berlari saja sedari tadi. 
                Langkahku terhenti melihat dia yang ku cari ada di hadapanku. Temanku menemukannya duluan. Tanpa fikir panjang, reflek aku memeluknya dari belakang. Saat itu dia sedang menghadap membelakangi tubuh ku. “jangan pernah ninggalin lagi ya, jangan pernah mencoba buat ngejauh lagi” ucapku yang masih memeluknya dari belakang. Pelukanku dilepas secara perlahan olehnya. Dia ber balik badan, tersenyum kearahku. Dan memeluku, airmataku tak terbendung saat ini tumpah dalam dekapannya. Aku tak mau kehilangannya lagi, dan aku akan berusaha sekuat tenagaku agar dia selalu berada disampingku. 

                “bangun, bangun. Udah pagi. Cepat mandi sana hari iini kita pergi” suara yang mengagetkanku. Terang lampu putih, dan tubuhku yang diatas kasur. Membuka perlahan mataku dan ternyata ??? tadi hanya mimpi. Bunga tidur ku tadi malam. Tapi bagiku itu bukan mimpi karena aku merasakannya. Dan soal kalimat terakhir. Itu memang benar, dan itu kenyataan.

Komentar