Pendakian Sulung #2






Hai, gue bakal ngelanjutin cerita tentang pendakian pertama gue. setelah menjalani proses pendidikan indoor, kami akhirnya sampai pada hari dimana semua materi yang sudah kami terima akan di praktekan di lapangan, perjalanan pun dimulai.


               Sesampainya di kaki gunung tempat kami akan memraktekan ilmu yang sudah kami dapat, kami diarahkan ke sebuah tanah lapang yang terdapat aliran sungai kecil di sebelahnya. Kami di briefing ulang untuk jadwal kegiatan selanjutnya, setelah itu kami diberikan waktu istirahat setengah jam untuk sholat dan melumuri kaki denagn minyak komando. Bagi yang pernah ikut pendidikan ke gunung pasti tau apa itu minyak komando, yaps minyak komando adalah minyak yang dibuat dengan cara di tim (dipanaskan diatas wadah yang berisi air), bayangkan saja seperti merebus telur bulat. Tidak hanya minyak, tetapi ada campuran rempah-rempah lainnya, kalau gak salah sih bawang merah, jahe, dan bawang putih (maaf kalau ada yang kurang atau kelebihan). Minyaknya itu direbus selama 2-4 jam, waktu itu sih gue dan temen-temen yang lain bikin hanya 3 jam. Fungsi minyak ini tuh untuk mencegah kulit kaki kita agar tidak terkena kutu air. Karena kita hanya memakai satu sepatu selama sepuluh hari, ditambah cuaca yang tak menentu, jadi rentan banget kaki buat kena kutu air (karena lembab).

                Waktu istirahat habis, gue mikirnya kita bakalan ngecamp di tempat itu karena memang waktu sudah mendekati maghrib. Masa iya kita jalan malem-malem?. Ternyata perjalanan memang dilanjutkan saat itu juga. Kami pakai lagi cariel yang sudah kami bawa. Dua jam di awal sih oke oke aja, karena memang kami belum merasakan pegalnya saat itu. Satu jam berikutnya mulai ada diantara kami yang tidak kuat. Jatuh itu sudah hal yang biasa, gak terhitung deh berapa kali gue diingetin karena sering jatuh.

                Jadi tuh setiap ada yang jatuh di tengah jalan, pasti langsung disamperin oleh Tim Penegak Disiplin disingkat PD (tim ini tugasnya mendisiplinkan para peserta, yaitu disiplin waktu, disiplin pergerakan, dan disiplin ilmu). Tau apa yang dilakukan Tim PD Kepada peserta? Ya apalagi kalau bukan hukuman hehehe. Tapi bukan hukuman yang disuruh push up, skot jump, atapun sit up. Tapi langsung diingetin!! Selama perjalanan hukuman kami adalah diingetin. Eiitttsss, tunggu dulu jangan bilang ini kejam atau gak manusiawi. Kalau kalian pernah mengikuti pendidikan mapala pasti kalian akan mengerti dengan pemahaman kalian masing-masing.

                Lebih gak manusiawi mana kalau membiarkan kami (selaku peserta) kedinginan?. Namanya juga gunung, semakin menuju puncak gunung maka akan semakin menurun suhu udaranya. Peringatan yang kami terima adalah bentuk perhatian mereka pada kami, mereka gak mau kami sampai hipotermi, mereka gak mau kami lemah, mereka gak mau kami kehilangan kesadaran. Nah peringatan ini akan mengembalikan kesadaran. Selang beberapa menit kami diizinkan untuk istirahat sejenak, sekedar mengembalikan tenaga dan meneguk sedikit air untuk menghilangkan dahaga.
                Disini gue akan mengaku apa yang sebenarnya gue alami selama pendakian, sebelumnya mohon maaf kepada abang-abang dan teteh-teteh. Entah berapa kali gue jatuh dan diingetin, saking seringnya sampai gue gak bisa ngitungin. Disaat setengah jam lagi akan sampai di tempat camp, gue bener-bener udah muak banget disitu karena kakak-kakaknya selalu bilang “Ayo cepetan!!! Sebentar lagi kita bakalan sampai”, padahal perjalanan kita tuh masih jauh dari kata sampai. Temen-temen gue udah pada loyo karena perjalanan yang jauh dan menanjak plus bawa cariel 80 L, tetapi mereka selalu bangkit setiap kali diingetin dari tim PD. Tapi bagi gue yang udah biasa kena omelan senior, udah biasa kena hukuman fisik dari senior , jadi bagi gue itu gak ngaruh. Gue disitu bener-bener gak kuat, bukan gak kuat secara fisik ya (kalau gue niat sih gue bisa aja bawa cariel sendiri sampe tempat camp), hanya karena udah muak denger kata-kata “udah mau sampai”. Gue akhirnya mager tuh, kehilangan semangat buat jalan, dan disitu gue “pura-pura pingsan”. Hmmmmm….. sebenernya sih kakak-kakaknya tau kalau gue pura-pura, disitu gue diingetin 5x berturut-turut, dan udah dibentak abis-abisan tetep aja gue bertahan dengan kepura-puraan gue.
 Karena gak mau menghambat perjalanan peserta lain akhirnya komandan regu perjalanan diperintahkan untuk mengangkat cariel gue. Duh disitu gue lega banget terlepas dari beban, tapi sih gue kasian sama temen gue dia jadinya harus bawa dua cariel. Silahkan kalian hujat gue dengan kata “Culas” ataupun “Makan punggung temen” karena memang begitu adanya gue saat itu.
Tidak sesuai bayangan, ternyata cariel gue cuman dibawain selama 15 menit, sisanya gue disuruh bawa cariel sendiri. Hmmmm yaudalah ya lumayan ilang sedikit pegelnya. tapi sebagi ganjarannya cariel gue copot untuk ikatan dibagian kepala, karena waktu dibawain temen carielnya diseret. Gue sih gak marah, karena dia udah mau nolong aja bersyukur banget (ralat : bukan nolong tapi disuruh). Gue kuat-kuatin badan untuk jalan, dan yesh akhirnya kami sampai di camp pertama kami. Sampai sana kami dibariskan kembali dan melakukan upacara pembukaan kegiatan digunung tersebut. Setelah upacara kami disuruh untuk membuat bivak ponco (bivak yang dibuat dari tali temali dan jas ujan ponco). Kami gak kaget kalau harus tidur di bivak ponco selama semaleman, karena memang sebelum kegiatan outdoor dimulai kami sudah diberi tahu dan sudah di ajari cara membuat bivak ponco.
Setelah bivak kami jadi, kami dikumpulkan dibawah flysheet (punya panitia), disitu kami dievaluasi ditanya-tanya apa aja kendalanya, apa aja keluhannya, ada yang sakit atau tidak, dan lain-lainnya. Ini moment dimana kami bisa bercerita sepuasnya tanpa ada hukuman. Setelah selesai kami bercerita kami di briefing lagi apa aja yang akan dilakukan esok hari.


(Senin, februari 2017)

Komentar