Salah Berjuang #2


Senja mengajarkan, bahwa yang indah juga bisa sirna



            Matahari bergerak semakin turun, namun aku tak ingin pertemuan ini berakhir. Dibawanya aku ke bendungan yang katanya saat bendungan ini jadi seutuhnya maka ia akan menjadi bendungan terbesar se asia tenggara. Tapi aku tak merasa terhibur dengan tempat ini, ku minta melaju ke danau diatas buki sana, namun sayang hari terlalu sore untuk kesana. Ku minta untuk beberapa saat merebahkan diri di bendungan ini namun juga tak dapat dia penuhi, katanya sudah ada janji nanti malam.

Mrs : ayo kedanau
Mr   : udah jam berapa ini?
Mrs : Masih jam 3, keburu lah.
Mr   : Kan tau dirumah ada acara sama temenku
Mrs : yaudah berenti dulu disini
Mr   : Gak, kamu pasti susah diajak pulang nantinya
Mrs : Huffft
Mr   : Besok deh ya, aku temenin kemanapun kamu mau
Mrs : Gak mau, maunya hari ini aja
Mr   : bener deh besok
Mrs : nonton ajadah
Mr   : Dimana?
Mrs : bioskop, lagi ada film seru
Mr   : aku gak pernah nonton gituan
Mrs : Ya makanya aku ajarin
Mr   : pulang aja ya
Mrs : /diam/

            Sekeras apapun aku membujuk tetap tak dapat menang, pilihannya yang menang. Kami kembali kerumah. Sempat mampir di warung bakso untuk sekedar menghilangkan rasa lapar. Tapi tetap itu tak membuatku bahagia.

Mrs : Besok kamu katanya balik ke bekasi?
Mr   : iya
Mrs : Jam berapa?
Mr   : Kenapa memangnya?
Mrs : Gapapa
Mr   : Yaudah, aku gak mau jawab
Mrs : Kenapa?
Mr   : Emang kamu mau tau banget?
Mrs : Enggak juga
Mr   : Yaudah
Mrs : Yaudah

            Sebelum mentari benar-benar menghilang, kami sudah berada dirumah. Berakhir pula hari ini. Malam berganti pagi, ku lihat dia sudah selesai packing barang-barang yang akan dibawanya ke Jakarta. Tak sengaja ku dengar dari orang lain bahwa ia akan berangkat pukul sepuluh pagi ini. Ah, dia berbohong lagi! Dia tak menepati janji lagi! Aku kecewa (lagi). Aku tak kuasa mengantarkannya pergi, kusibukan diri dikamar mandi hanya agar punya alasan sedang mandi ketika yang lain mengantarkannya pergi. Jangankan mengantarkannya pergi, bertemu dengannya untuk terakhir kali saja sudah tak sanggup. Perpisahan yang tidak ada kata baik di dalamnya. Sungguh, hari itu terasa lamaaa sekali. Namun tetap terlewati, esok harinya aku tinggalkan kota yang penuh sesak ini bahkan lebih sesak dibandingkan kota Jakarta. Selamat tinggal kota yang selalu menjadi alasan dan semangat ku untuk pulang, hari itu kuputuskan kamu adalah kota kedua yang terblack-list dari daftar kotaku. Terimakasih beberapa tahun belakangan sudah membuatku bahagia. 
– sekian-

Komentar