Mt. Sumbing via Garung 3371 mdpl |
Salah satu destinasi wisata yang gue kunjungin kemarin di
kota Wonosobo adalah gunung Sumbing dengan ketinggian 3371 mdpl. Awalnya gue
hanya ingin melanjutkan perjalanan gue dari gunung Slamet karena sudah paham
para pendaki tentang “Triple S (Sindoro, Sumbing, Slamet)”. Pas gue iseng cari
cari informasi tentang gunung ini ternyata gunung Sumbing merupakan puncak tertinggi
ke-3 di pulau Jawa. Wahhh makin makin semnagat gue buat dateng ke tempat ini,
karena puncak ke 1 dan 2 alhamdulillah udah pernah sampai ke puncaknya.
Ber-urut dari yang terbesar hingga terkecil gunung yang gue daki di pulau jawa.
Perjalanan gue dimulai dari kota Tegal, karena doi gue
orang Tegal dan gue bakalan nanjak bareng dia jadi kesepakatannya kita bakalan
jalan bareng ke kota Wonosobo dari tegal dengan kendaraan bermotor. Oh iya dari
Jakarta hingga tegal gue lebih memilih transportasi kereta api Indonesia (KAI)
dibandingkan dengan bis, walaupun sebenarnya kalau naik bis turunnya lebih
dekat dengan kabupaten Tegal tapi karena gue orangnya mabokan dan lebih seneng
naik kereta jadilah KAI yang gue pilih. Gue sampai di kota Tegal tepat waktu 19.33
wib tanggal 10 juni 2019 dan langsung di jemput menuju kota Wonosobo. Selama
perjalanan gue selalu disuguhkan dengan berbagai alun-alun di setiap kota yang
di lewati. Alun-alun kota Tegal menjadi alun-alun pembuka perjalanan gue,
alun-alun ini berada gak jauh dari stasiun Tegal. Kita gak sempet mampir malam
itu disini karena harus berkejaran dengan waktu karena jika terlalu malam nanti
waktu istirahat kita semakin sedikit.
Alun-alun kedua yaitu alun-alun kota Pemalang disini kami
sempat berhenti sejenak untuk meluruskan kaki setelah setengah jam perjalanan.
Alun-alun ini tidak begitu ramai seperti di alun-alun kota Tegal tapi banyak
mobil dihiasi lampu-lampu disko (seperti di Jpgja) yang mondar-mandir di
jalanan. 15 menit dirasa cukup untuk istirahat dan kami melanjutkan perjalanan,
melewati wilayah Guci di kabupaten Tegal (salah satu basecamp pendakian gunung
Slamet) hingga berhenti kembali di alun-alun Purbalingga. Disini kami istirahat
lumayan lama karena perjalanan yang sudah ditempuh sekitar 1,5 jam. Sayangnya
kami tak sempat berfoto di tulisan “PURBALINGGA” karena salah satu huruf sempat
rusak karena ulah orang-orang yang berfoto terlalu dekat dengan tulisannya.
Setengah jam istirahat kami lanjutkan perjalanan hingga berhenti lagi di
alun-alun Banjarnegara. Patung khas di alun-alun Banjarnegara adalah seorang
bapak-bapak yang sedang berjualan cendol-dawed dan seorng ibu-ibu sebagai
pembelinya. Selesai berfoto dan istirahat perjalanan kami dilanjutkan hingga
sampai di basecamp pendakian gunung Sumbing via Garung.
Kami tiba di basecamp pukul 2 dini hari, langsung nyari
lapak buat tidur dan packing ulang. Sempat bingung karena banyak sekali tawaran
untuk menginap dirumah A, B, C, D, E dan banyak deh pokoknya. Namun doi lebih
memilih di basecamp aja walaupun harus menggelar matras sendiri kata dia itu
lebih enak dan murah wkwkwk. Kami tidur hingga pukul 4 dini hari, terbangun
karena memang pendaki lain sudah banyak yang ngobrol dan masak serta packing
ulang. Oh iya pendakian kemarin tuh ruameee bangettttt, untung aja parkirannya
luas jadi masih nampung kendaraan pendaki-pendaki yang baru datang. Pendakian
kali ini gue mager banget masak dan makan sayur-sayuran alhasil kami hanya
makan yang berbau goreng-gorengan praktis yaitu, telor goreng, nasi goreng, dan
mie goreng (mie rebusnya juga ikutan kok). Sarapan pagi kami beli diwarung
kecil samping basecamp, wkwkwk saking magernya buat masak euy dan mau jadi
orang kaya di gunung sekali kali.
Pendaftaran pendaki dimulai pukul 7 pagi, karena ruame banget yang mau naek jadi kami baru bisa naek pukul 9 pagi setelah antri sekian
lama (sampe-sampe muka doi jadi cemberut karena kesel lama banget prosesnya
buat ngurus simaksi doing ;v). Kami memilih untuk tidak naik ojek, biar lebih
berasa aja gitu pendakiannya (padahal mah emang gak punya duit, mahal euy 25k). Awalnya sih fine fine aja gitu tapi lama kelamaan
kuping gue jadi sebel dengerin suara knalpot ojek Sumbing, jika di bandingkan
perjalanan dengan ojek memakan waktu 15 menit sedangkan kalau jalan kaki
memakan waktu 3 jam. Nyesel gak nyesel sih, trek bebatuan dari basecamp hingga
pos 1 tapi selalu ditemenin dengan view perkebunan yang keren abisss. Jadi
kebayar deh rasa lelahnya dengan view yang selalu nemenin selama perjalanan.
Sesampainya di pos 1 (pos pemberhentian motor racing), kami istirahat makan
siang dulu karena sudah jam 12 berbekal nasi yang beli di warung bawah karena
males buka kompor serta gorengan yang beli di warung pos 1. Mumpung ada
mushola, sehabis makan gue sholat dulu sekalian qodho ashar.
Istirahat cukup lama hingga jam 1 siang, trekking dilanjutkan
sampai ke pos 2 berhenti sejenak di warung untuk mencari informasi tentang camp
dan puncak pada pendaki yang baru saja turun dan singgah di pos 2. Setelah 15
menit istirahat kami pamit untuk melanjutkan perjalanan ke pos 3, nahhhhh
disini tantangan terberatnya menurut gue. Trek “Engkol-Engkolan” beuuhhhh trek
yang musti ngerangkak (kalo gue) kadang terpeleset hingga turun kembali, belum
lagi pasirnya yang terlalu halus hingga menjadi debu dan menggangu pemandangan
serta pernafasan. Gue saranin banget lu harus bawa masker buat ngelewatin trek
ini, salahnya gue kemaren gak bawa masker jadi harus nutupin pake kerudung
dengan tangan karena emang kerudung gue berbahan licin. Trek ini luamayan lama
dan terjal, pen udahan aja gue di trek ini rasanya gak habis-habis gitu. Tapi
sebenernya lo bisa lewat jalur kiri yang agak banyakan rumputnya biar
pijakannya lebih mantep cumin ya sepi dan banyak ranting. Kalau lo lewat jalur
yang biasa ya tanggung resiko debu dan merosot-merosot lagi pas naek.
Selesainya pos ini menandakan selesainya perjuangan dan
sampailah di pos 3, areal camp yang buanyak banget pendaki kala itu. Ini areal
camp favorite karena luasss dan disini pemandangannya udah indah denagn gunung
Sindoro di depan. Sebenarnya camp trakhir itu pos 4 dan lebih dekat dengan
puncak namun karena trek kesana memakan waktu 2-3 jam dari pos 3 dengan trek
yang terjal serta tebing plus kebanyakan pendaki udah kesorean/kemaleman dan
kecapean jadi lebih memilih camp di pos 3. Langit malam di pos 3 gunung sumbing
kemarin indah banget, langitnya cerah dengan hamparan bintang kerlap kerlip
serta lampu-lampu kota Wonosobo yang terlihat ikut kerlap kerlip dari
ketinggian. Udara malam itu memang dingin tapi karena tenda yang gue bawa mampu
menghangatkan sendiri jadi gak terlalu kedinginanlah gue di dalem tenda.
Kami mulai summit jam 3 pagi karena emang orang-orang
udah rame banget bangun dari jam 1 malam (biasanya ini buat orang-orang yang
mengejar puncak rajawali). Gak tau kenapa di summit attack kali ini gue ngerasa
dingin banget, apakah ini karena gue gak makan nasi sebelum summit? Sebetulnya
ini tak patut di tiru karena perut kosong (ya walaupun gk kosong banget sih,
udah makan biskuit lima biji dan minum teh anget) dapat menyebabkan mudahnya
terserang hipotermia. Dari jam 3 pagi kami sampai di puncak sekitar setengah
delapan pagi. Sebetulnya hanya dua jam untuk muncak tetapi karean gue yang
kebanyakan dan kelamaan berhenti jadi lama deh perjalanannya. Untung aja doi
selalu setia ngedampingin gue, wkwkw entah karena kasian, terpaksa atau emang
kemauan hati :p. Dia yang selalu genggam tangan gue disaat gue udah lesu banget
dan ada tanda-tanda mau turun aja. Dia yang selalu ngasih minum (ya emang
minumnya ada di tas dia) disaat gue bilang “mau minum” (yaiyalahhh wkwkwk), dan
dia juga yang selalu semangatin gue dengan bilang “ayo ay dikit lagi puncak”
(padahal masih jauh :’ )
Di puncak sekitaran 1 jam untuk berfoto-foto ria dan
menikmati keindahan alam diatas puncak sumbing. Walaupun kami urungkan niat
untuk ke puncak rajawali karena ngeliat treknya aja udah istigfar :’, jadi kami
hanya top sampai puncak buntu. Pas turun ngeliat trek yang aduhay rasanya gue
pengen ngegelinding aja gitu biar langsung sampe ke tempat camp, tapi doi
selalu riang gembira untuk narik tangan bue buat turun sambil lari. IYA LARI
BAYANGIN LARI TURUN PUNCAK. Heuuu gue memberanikan diri untuk lari di jalanan
berpasir dan bertanah kalau berbatu sih gue UP gan. Turun sekitaran 1,5 – 2 jam
karena emang gue jalannya kek siput wkwkwk. Istirahat sebentar di tenda hingga
kelabasan bobo dan akhirnya baru mulai turun ke bascamp pukul setengah 6 sore.
Kami turun lewat jalur baru karena gue udah UP dan gak mau liat jalur
engkol-engkolan. Walaupun sepiii pendaki dan hutan belantara jika melewati
jalur baru, siapa sangka treknya justru landai dan memudahkan gue untuk
berjalan cepat selama turun. Dan jrengggg kami hanya menempuh waktu 3 jam untuk
sampai ke basecamp sumbing via garung. Oh iya gue sempet pegang lengan doi di
areal bebatuan karena gelap cuyyy otak gue mikirnya “takut doi tiba-tiba gak
keliatan (ilang) kalau gak di pegangin” hehehe entahlah semenjak turun dari
Lawu gue jadi was was banget sama yang begituan kalau trek malam padahal gue
gak pernah di ganggu, gan pernah liat, gak pernah dengar dan gak pernah
merasakan.
Di basecamp kami sampai sekitar pukul 9 kurang, langsung
bersih-bersih diri karena emang bau banget gaysss dan langsung gelar matras di
bascamp bawah dan terlelap. Sebenernya sih bisa aja kami pulang langsung ke
rumah hari itu tapi karena doi bilang terlalu cape dan takut gak kuat bawa
motor jadi kami memutuskan untuk bermalam kembali di basecamp. Esok paginya
sekitar pukul 9 pagi kami langsung tancap gas menuju Tegal.
Sekian cerita pendakian gue ke gunung Sumbing via Garung,
biasanya sih gue ngevlog tapi karena gue udah engap duluan sama jalurnya jadi
hilanglah hasrat gue buat ngevlog. Jadiii gue abadikan kisah ini dalam bentuk
tulisan yang panjang hingga melebihi1.650 kata :D. Hihihi selamat membaca :p
ditunggu komentarnya wkwkwk
Komentar
Posting Komentar