Salah berjuang #1

                Malam itu, ketika semua harapan sirna, ketika semua bayangan tetap menjadi bayangan.






             Pukul 00.00 WIB dini hari sebuah pesan masuk, pesan yang mampu menurunkan mood saat itu. Siapa yang tidak kecewa? Jika ternyata orang yang begitu kamu nantikan batal menjemputmu? Ah sudahlah aku tak ingin semakin larut. Pukul 1 dini hari, kakiku turun dari sebuah gerbong besi nan panjang, sekitar tujuh sampai delapan. Ku langkahkan kaki menuju pintu keluar sambil menyiapkan kamera hp di tangan kanan, aku tahu dia sedang berbohong hanya saja diriku ragu jadi untuk berjaga-jaga saja. Supraissseeee!!! Sebenernya biasa saja, karena sudah banyak kemungkinan-krmungkinan ysng sudah difikirkan di benak ini dan benar saja kemungkinan itu tidak meleset. Sontak ku rekam dia dengan tawa bahagiaku, ah sayang flash ku nyala saat itu. Mau di rekam ulang? Itu tidak mungkin! Momennya sudah berlalu, yasudahlah ku terima saja alur yang terjadi.
            Naiklah kami ke benda besi berikutnya, kami duduk paling belakang hanya berdua saja. Ku hokum dia dengan rasa geli, dia hanya tertawa kecil dan seadanya. Ku genggam tangannya yang hangat, dia hanya balas sesaat setelah itu dibiarkannya aku yang antusias sendirian, ku lihat senyum yang dilukiskannya, sungguh itu sangat berbeda dari senyumnya yang ku kenal. Aku sudah sadar sejak saat itu, ada yang berbeda dengannya, tapi sudahlah aku tidak ingin merusak mood bahagiaku saat itu.
            Sampailah kami disebuah bangunan tanpa lantai dua, dia pamit istirahat diruangan berbeda, aku mengangguk dia butuh istirahat. Pagi menyapa, ku rapihkan perlengkapan tidur yang sudah digunakan semalam serta ku rapihkan diri ini, aku siap untuk berkelana hari itu. Setelah selesai merapihkan diri, dia pergi dengan besi roda duannya, ku lihat dia denagn tatapan lemah, diapun melihat kearahku dan sadar. Plup! Bunyi pesan masuk ke hp ku.

Mr   : Aku pergi sebentar
Mrs : Kemana?
Mr   : Ketempat bosku, mau silaturahmi.
Mrs : baiklah, hati hati.

            Langit berubah senja, dia masih belum menampakan diri. Aku harus percaya! Ku tanamkan tekad itu pada benakku. Langit jingga berubah gelap, diapun tak kunjung tiba. Ada rasa curiga yang semakin menjadi, ku lihat akun perempuan yang dekat dengannya. Ah ternyata benar, ia berbohong! Ia membohongiku! Kecewa (lagi) yang kudapati saat itu. Pukul 9 malam akhirnya dia pulang, memarkirkan besi roda duanya dan langsung beranjak ke kasur kamarnya. Dia baca pesanku namun tak membalas, oke aku tunggu hingga jam 11 malam. Pesanku tak kunjung dibalas, aku geram! Ku kodekan saja dirinya dan dia cukup peka akan kode yang kuberikan.
Mr   : Maaf, tadi aku harus ke kota A. Sudah janji dengan teman
Mrs : oh
Mr   : Maaf, aku batal janji mengantarmu hari ini. Aku bingung harus pilih yang mana
Mrs : oh

            Pagi hari kedua menyambut kembali, namun tak secerah pagi kemarin. Ku bukan layar hp, ah foto itu lagi, aku muak dengan semua drama ini! Mood pagiku hancur kembali, aku berdebat dengannya pagi itu. Matahari semakin naik, namun tak ada tanda-tanda darinya untuk mengajak ku keluar rumah untuk sekedar mengobrol ringan ataupun menjelajahi setiap sudut kota kelahirannya. Aku kecewa (lagi) saat itu. Ku putar otak agar dapat bahagia, ku minta pada ayah untuk mengajariku mengendarai besi beroda empat itu, tapi nihil. Sang surya terlalu terik, rayuanku tak mampu meluluhkan hati ayah untuk menhajari ku. Sudahlah, ternyata aku hanya butuh tempat untuk menyendiri.



            Ku langkahkan kaki kebelakang rumah, ditengah hamparan sawah yang hampir tua walau belum menguning, ku duduki diri ini pada sebuah alat pemompa air dengan atap sederhana namun cukup untuk melindungiku dari sengatan sang surya. Aku sudah tidak kuat menahan semuanya, sungai itu mengalir begitu saja di pipi ini ditemani lantunan melodi nan mendukung suasana. Sungguh tenang diri ini berada di tengah kesunyian seperti itu, ku lihat jam di hp menunjukan sudah 2 jam diri ini menikati rasa sunyi yang menenangkan itu. Plup! Dia mengirimiku sebuah pesan.
Mr   : dimana?
Mrs : Gak tau
Mr   : Dicariin
Mrs : Oh
Mr   : Serius, kamu dimana?
Mrs : gak tau
Mr   : Semua orang nyariin kamu
Mrs : gak peduli
Mr   : /panggilan tak tejawab/

            Ku matikan hp yang malah menyiksaku kembali setelah berhasil menenangkan hati. Ku putar kembali melodi menenangkan itu, ku tatap kembali hamparan pagi didepan mata. Ah sayang, aku ketahuan walau bukan olehnya tetap saja aku ketahuan. Aku dipaksa untuk kembali, tidak! Aku masih ngin disini. Gagal membujuku kembali, Dia datang sebagai orang kedua yang membujuk ku, namun tetap aku tak ingin beranjang dari tempat yang mampu menenangkan ini.
Mr   : Ayo pulang
Mrs : Gak mau
Mr   : Pada nyariin tuh
Mrs : /berdiri untuk melangkah menjauh pergi/
Mr   : Mau kemana? /dia menahan tanganku/
Mrs : Lepasin!!!
Mr   : Gak mau, kamu mau kemana sih? Ayo pulang
Mrs : Lepasin!!!

            Aku berhasil melarikan diri kembali, ke jalan raya samping hamparan padi itu tumbuh. Ku langkahkan kaki mnyusuri jalan pulang, namun tetap hati ini tak ingin segera pulang. Ku kirimi dia pesan.

Mrs : Ditunggu dipinggir jalan raya
Mr   : Dimananya?
Mrs : Keluar gang belok kiri, ikutin aja jalannya nanti juga ketemu

            Brummmmm…. Suara besi roda dua itu terdengar, ku naikan diri ini dibelakangnya. Melajulah kami entah kemana. Aku sudah tidak peduli lagi dengan arah tujuan kali ini, yang terus berputar diotaku hanya “aku ingin bersamanya”.



Komentar