Malam itu, ketika semua harapan
sirna, ketika semua bayangan tetap menjadi bayangan.
Pukul
00.00 WIB dini hari sebuah pesan masuk, pesan yang mampu menurunkan mood saat
itu. Siapa yang tidak kecewa? Jika ternyata orang yang begitu kamu nantikan
batal menjemputmu? Ah sudahlah aku tak ingin semakin larut. Pukul 1 dini hari,
kakiku turun dari sebuah gerbong besi nan panjang, sekitar tujuh sampai
delapan. Ku langkahkan kaki menuju pintu keluar sambil menyiapkan kamera hp di
tangan kanan, aku tahu dia sedang berbohong hanya saja diriku ragu jadi untuk
berjaga-jaga saja. Supraissseeee!!! Sebenernya biasa saja, karena sudah banyak
kemungkinan-krmungkinan ysng sudah difikirkan di benak ini dan benar saja
kemungkinan itu tidak meleset. Sontak ku rekam dia dengan tawa bahagiaku, ah sayang
flash ku nyala saat itu. Mau di rekam ulang? Itu tidak mungkin! Momennya sudah
berlalu, yasudahlah ku terima saja alur yang terjadi.
Naiklah kami ke benda besi
berikutnya, kami duduk paling belakang hanya berdua saja. Ku hokum dia dengan
rasa geli, dia hanya tertawa kecil dan seadanya. Ku genggam tangannya yang
hangat, dia hanya balas sesaat setelah itu dibiarkannya aku yang antusias
sendirian, ku lihat senyum yang dilukiskannya, sungguh itu sangat berbeda dari
senyumnya yang ku kenal. Aku sudah sadar sejak saat itu, ada yang berbeda
dengannya, tapi sudahlah aku tidak ingin merusak mood bahagiaku saat itu.
Sampailah kami disebuah bangunan
tanpa lantai dua, dia pamit istirahat diruangan berbeda, aku mengangguk dia
butuh istirahat. Pagi menyapa, ku rapihkan perlengkapan tidur yang sudah
digunakan semalam serta ku rapihkan diri ini, aku siap untuk berkelana hari
itu. Setelah selesai merapihkan diri, dia pergi dengan besi roda duannya, ku
lihat dia denagn tatapan lemah, diapun melihat kearahku dan sadar. Plup! Bunyi pesan
masuk ke hp ku.
Mr : Aku pergi sebentar
Mrs :
Kemana?
Mr : Ketempat bosku, mau silaturahmi.
Mrs : baiklah,
hati hati.
Langit berubah senja, dia masih
belum menampakan diri. Aku harus percaya! Ku tanamkan tekad itu pada benakku.
Langit jingga berubah gelap, diapun tak kunjung tiba. Ada rasa curiga yang
semakin menjadi, ku lihat akun perempuan yang dekat dengannya. Ah ternyata
benar, ia berbohong! Ia membohongiku! Kecewa (lagi) yang kudapati saat itu.
Pukul 9 malam akhirnya dia pulang, memarkirkan besi roda duanya dan langsung
beranjak ke kasur kamarnya. Dia baca pesanku namun tak membalas, oke aku tunggu
hingga jam 11 malam. Pesanku tak kunjung dibalas, aku geram! Ku kodekan saja
dirinya dan dia cukup peka akan kode yang kuberikan.
Mr : Maaf, tadi aku harus ke kota A. Sudah
janji dengan teman
Mrs : oh
Mr : Maaf, aku batal janji mengantarmu hari
ini. Aku bingung harus pilih yang mana
Mrs : oh
Pagi hari kedua menyambut kembali,
namun tak secerah pagi kemarin. Ku bukan layar hp, ah foto itu lagi, aku muak
dengan semua drama ini! Mood pagiku hancur kembali, aku berdebat dengannya pagi
itu. Matahari semakin naik, namun tak ada tanda-tanda darinya untuk mengajak ku
keluar rumah untuk sekedar mengobrol ringan ataupun menjelajahi setiap sudut
kota kelahirannya. Aku kecewa (lagi) saat itu. Ku putar otak agar dapat
bahagia, ku minta pada ayah untuk mengajariku mengendarai besi beroda empat
itu, tapi nihil. Sang surya terlalu terik, rayuanku tak mampu meluluhkan hati
ayah untuk menhajari ku. Sudahlah, ternyata aku hanya butuh tempat untuk
menyendiri.
Ku langkahkan kaki kebelakang rumah,
ditengah hamparan sawah yang hampir tua walau belum menguning, ku duduki diri
ini pada sebuah alat pemompa air dengan atap sederhana namun cukup untuk
melindungiku dari sengatan sang surya. Aku sudah tidak kuat menahan semuanya,
sungai itu mengalir begitu saja di pipi ini ditemani lantunan melodi nan
mendukung suasana. Sungguh tenang diri ini berada di tengah kesunyian seperti
itu, ku lihat jam di hp menunjukan sudah 2 jam diri ini menikati rasa sunyi
yang menenangkan itu. Plup! Dia mengirimiku sebuah pesan.
Mr : dimana?
Mrs :
Gak tau
Mr : Dicariin
Mrs : Oh
Mr : Serius, kamu dimana?
Mrs :
gak tau
Mr : Semua orang nyariin kamu
Mrs :
gak peduli
Mr : /panggilan tak tejawab/
Ku matikan hp yang malah menyiksaku
kembali setelah berhasil menenangkan hati. Ku putar kembali melodi menenangkan
itu, ku tatap kembali hamparan pagi didepan mata. Ah sayang, aku ketahuan walau
bukan olehnya tetap saja aku ketahuan. Aku dipaksa untuk kembali, tidak! Aku masih
ngin disini. Gagal membujuku kembali, Dia datang sebagai orang kedua yang
membujuk ku, namun tetap aku tak ingin beranjang dari tempat yang mampu
menenangkan ini.
Mr : Ayo pulang
Mrs :
Gak mau
Mr : Pada nyariin tuh
Mrs :
/berdiri untuk melangkah menjauh pergi/
Mr : Mau kemana? /dia menahan tanganku/
Mrs :
Lepasin!!!
Mr : Gak mau, kamu mau kemana sih? Ayo pulang
Mrs :
Lepasin!!!
Aku berhasil melarikan diri kembali,
ke jalan raya samping hamparan padi itu tumbuh. Ku langkahkan kaki mnyusuri
jalan pulang, namun tetap hati ini tak ingin segera pulang. Ku kirimi dia
pesan.
Mrs :
Ditunggu dipinggir jalan raya
Mr : Dimananya?
Mrs :
Keluar gang belok kiri, ikutin aja jalannya nanti juga ketemu
Brummmmm…. Suara besi roda dua itu
terdengar, ku naikan diri ini dibelakangnya. Melajulah kami entah kemana. Aku
sudah tidak peduli lagi dengan arah tujuan kali ini, yang terus berputar
diotaku hanya “aku ingin bersamanya”.
Komentar
Posting Komentar