Curug Cikuluwung, Bogor |
Bagi gua
liburan-kerja-kuliah itu haruslah seimbang. Biasanya sih ada empat ditambah dengan organisasi, tapi
entah kenapa untuk semester ini gua lagi kehilangan motivasi untuk
berorganisasi. Terlepas dari itu semua seperti cerita-cerita gua sebelumnya
masih tentang “Jelajah indonesia” hmz kayaknya terlalu luas ya hehehe lebih
tepatnya sih jelajah pulau jawa, karena memang dari kemarin cerita perjalanan
gua masih di sekitar pulau jawa.
Perjalanan kali
ini bermain dengan air ya walupun tetap saja masuk hutan dulu hehehe. Kalau di
hitung-hitung rutinitas gua di kota metropolitan ini baru berlangsung selama 2
minggu, baru sebentar banget yakan? Tapi
guua sudah mulai penat wkwkwk, bukan karena tugas yang menumpuk tapi karena gua
bingung mengisi hari liburan
dengan apa selain tumpukan tugas. Kalau mau dicari sebenernya kerjaan gua di
organisasi tuh lagi numpuk-numpuknya tapi
seperti yang udah gua bilang gua
lagi gak bersemangat untuk mengikutinya.
Sembari ngerjain
tugas gua liat liat youtube
tentang video perjalanan pendakian orang-orang, eh gak sengaja kepencet video
bung sehabis dari teka tambora kalau gak salah. Divideo itu dia menceritakan
perjalananmya melihat pantai nan indah airnya serta cantiknya terumbu karang. Nahhh
secara sadar 😂
gua tertarik buat main main dengan air , tapi gua gak mau kalau harus di kolam
renang (terlalu sempit dan kurang pemandangan). Tapi kalaupun dipaksa kepantai untuk daerah gua sendiri
jarang banget ada pantai yang sebersih itu mayoritas pantainya rada keruh dan
ruame banget. Setelah mempertimbangkan terlintaslah fikiran untuk tetap
main air, jadilah gua ke curug.
Seminggu sebelum
keberangkatan, gua ngajak satu temen gua buat temenin gua berlibur. Namanya wan
sudah panggil saja begitu, pertama kali kita ketemu saat pendakian ke gunung
gede. Waktu itu gua lagi jalan untuk naik ke surya kencana via putri, nah gak
sengaja di pertengahan jalur dari pos dua ke pos tiga gua ketemu sama temennya
yang lagi mengalami hipotermia. Tadinya gua bingung mau nolong apa enggak,
karena memang cukup banyak yang sudah ngerumunin. Mikir mikir mikir berhubung si
senior (Baca kisah perjalanan gunung gede) belum sampe yaudahlah gua memutuskan
untuk ikut membantu proses pertolongan pertama. Gua gak terlalu bahas detail
bagaimana prosesnya karena nanti jadi outofthetopic😋.
Nah si wan ini katanya yang meluk si korban dari belakang, dia yang
menghangatkan tubuh korban dan gua yang bagian teriak-teriak nyemangati korban wkwkwk. Nah itu
pertemuan pertama kami , setelah itu kami gak pernah ketemu lagi secara
langsung hanya via media sosial. Kemarin setelah kejadian saat itu, kami
menjadwalkan pertemuan kembali untuk sama-sama rehat sejenak dari seluruh rutinitas yang ada di kota.
Si wan ini
katanya punya temen banyak di daerah bogor, dan dia konsul deh curug mana yang bagus
untuk di kunjungi. Terpilihlah “Curug
Cikuluwung” hmz namanya gak asing bagi gua karena dulu waktu gua masih
pendidikan (baca cerita pendakian sulung) gua memang main di daerah lembahan cikuluwung. Walaupun
tetap aja gua gak pernah tau kalau ada curugnya juga hehehe. Selama
diperjalanan kita hanya ngobrol sedikit seolah tenggelam dalam fikiran
masing-masing. Sebenernya sih gua gregetan karena diem-dieman, dengan begitu
gua jadi harus nahan mual dan ngantuk gaes😂.
Kita berdua sama-sama belum menemukan topik yang cocok untuk diperbincangkan.
Jalan mulai
masuk wilayah desa yang berbelok belok, sempet nyasar karena salah
maps jadi tuh ya di maps
menunjukan
ke arah salah satu rumah waraga dan itu bisa dibilang jalan buntu hmz, untung
warganya baik jadi dia mengarahkan kemana seharusnya tujuan yang kami tuju. Setelah
nyasar yang ke dua kalinya karena kelewatan gang, akhirnya kami tiba juga di parkiran curug cikuluwung. Seketika
gua langsung dikerubutin
bocah kecil akamsi curug cikuluwung mereka
seakan sudah di doktrin jika ada pengunjung baru
datang wajib berucap “Kak, kakak tau jalan ke
curugnya gak?
Aku anterin ya” karena gua tau ini pasti gak gratis jadi gua asal jawab aja
“Udah tau
kok” sambil menampilkan senyum dan memasang wajah yang bisa dipercaya. Terus
gua maen jalan aja kan ya udah pokoknya sok tau aja dulu dah, nah pas
udah sampe
warung gua bingung harus kemana😂
karena memang gua pertama kalinya mengunjungi tempat itu. Akhirnya gua menyerah
dengan bujukan mereka, ada satu anak perempuan kecil katanya sih kelas 3 sd
(duhhh gua lupa nanya namanya siapa) seperti anak yang sebelumnya dia pasti
melontarkan pertanyaan yang sama, tanpa gua jawab dia langsung berinisiatif
mengantarkan gua menuju curugnya mungkin dia bisa baca wajah kebingungan gua
hehehe. Sampailah kita dia depan pintu masuk curug cikuluwung, ternyata
pintu masuk ini dibagi menjadi 2 yaitu “Curug cikuluwung 1” dan “Curug
cikuluwung 2”. Sebenernya tempatnya mah sama aja, gak kayak gunung bunder yang
setiap beda nama curugnya
udah
pasti beda tempatnya. Kalau kedua curug ini perbedaannya terletak di tinggi dan
rendahnya curug. Kalau yang pertama itu kayak goa-goagitu tebing gitudah
sungainya, nah kalau yang kedua itu lebih terbuka dan
lebih luas bebas untuk berenang juga. Karena itulah untuk curug satu dibatesin
waktu hanyak 1 jam kalau gak salah, nah kalau curug dua itu dibebaskan jam
serta kapasitas pengunjung. Karena gua males di buru buruin dan emang niat
pengen ngupi
(soalnya udah bawa kompor) akhirnya gua memutuskan untuk mendatangi curug 2.
Perjalanannya
udah di fasilitasin tangga bambu gitu lumayan lah, tapi rada engap juga pas
naik karena jarak per anak tangganya lumayan agak tinggi. Sama seperti
pendakian kalau ketemu orang baru ya main gua sapa-sapa aja terus akhirnya kita
turun bareng ke curug dua, rada gak enak sih sebenernya soalnya gua dan si wan
di bayarin sama dia untuk tiket masuknya. Tadinya mau ngeganti eh dia ternyata
cuman sebentar di curug dua karena udah beli tiket ke curug satu.
Gua yang saat
itu gak begitu tertarik untuk ke curug satu jadi ngedekem aja di curug dua. Niatnya
sih pengen berenang tapi ada peraturan “Wajib menyewa pelampung karena kedalaman
air sekitar 4 – 8 meter” karena peraturan inilah ditambah dengan lumayan banyak
yang nyebur jadinya gua membatalkan untuk ikutt main air. Padahal gua udah
sengaja bawa tas untuk baju ganti serta peralatan mandi gua wkwkwk. Yaudahdeh
akhirnya dari jam 1 siang sampai jam 5 sore gua sama si wan masak air buat
nyeduh kopi dan susu sembari
nyemil wafer ditemani pemandangan curug cikuluwung.
Foto ini diambil setelah terkena tanaman Pulus Tampang nahan sakit jadi dialihkan saja mukanya hehehe |
Ada kenang-kenangan yang gua dapet dari curug ini selain foto. Jadi tangan gue tanpa sengaja menyentuh "Tanaman Pulus", kalau kalian searching di gugel tanaman ini mengandung "Asam Format" (yang biasa disebut asam semut) yang apabila terkena bagian yang sensitif seperti punggung tangan maka akan menimbulkan efek panas serta gatal seperti di serbu semut rangrang merah tapi bagi gua sih kayak ditusuk-tusuk jarum pentul panas. Gak lagi-lagi deh gua nyentuh tumbuhan yang gak dikenal. Pokoknya mah hindarin air biar si asam format nya gak menyebar kemana mana. Diliteratur disuruh gosok pakai tanah gembur (entah ini berhasil atau tidak) tapi pas pagi-paginya alhamdulillah udah sembuh.
Gak terasa waktu melesat begitu cepat hingga tiba dipukul 17.00, seharusnya curug dua tutup jam 17.30 tapi karena cuaca mendung dan rintik hujan mulai turun jadi semua wisatawan dihimbau untuk naik ke atas mengingat arus air akan deras jika hujan turun. Yaudahdeh gua sama wan naik ke atas, sesampainya di atas kami menuju warung ibunya si anak kecil yang setia menemani kami. Hujan seakan hadir untuk membekukan waktu, gua dan wan terjbak dalam satu warung dimeja yang sama dan ditemani dengan teh hangat serta mie rebus plus telor. Berlanjutlah orbrollan ringan kami sembari menunggu hujan reda.
Gak terasa waktu melesat begitu cepat hingga tiba dipukul 17.00, seharusnya curug dua tutup jam 17.30 tapi karena cuaca mendung dan rintik hujan mulai turun jadi semua wisatawan dihimbau untuk naik ke atas mengingat arus air akan deras jika hujan turun. Yaudahdeh gua sama wan naik ke atas, sesampainya di atas kami menuju warung ibunya si anak kecil yang setia menemani kami. Hujan seakan hadir untuk membekukan waktu, gua dan wan terjbak dalam satu warung dimeja yang sama dan ditemani dengan teh hangat serta mie rebus plus telor. Berlanjutlah orbrollan ringan kami sembari menunggu hujan reda.
Hujan reda
persis ketika adzanmaghrib berkumandang, waktunya kami pulang meninggalkan
liburan yang telah lalu, kembali ke rutinitas kota masing-masing. Jalanan tetap
sama berkelok tapi tetap mulus ditambah hawa dingin akibat rintikan air dari
langit. Karena gua gak mau nahan mual
dan pusing lagi jadi gua nyeletuk aja biiar kami gak saling
diam selama perjalanan, jadilah obrolan kami berlanjut sampai ke rumah gua
tepat jam 10 malam.
-Sekian-
230918
Komentar
Posting Komentar