(Gambar 1. Pos 1 pendakian gunung Slamet) |
“Yeva lo
udah sampe mana?” tanya Elang
“Baru aja
sampe stasiun Tegal nih, abis dari ini naik apa ya?” tanyaku.
Ini memang bukan pertama kalinya aku
menginjakan kaki di kota ini, bahkan aku sudah akrab sekali dengan kereta yang
sering membawa ku ke kota ini setiap tahunnya. Tapi tahun ini, tahun 2022 akan menjadi
tahun yang berbeda, aku akan mencoba untuk backpacker kendaraan umum hingga tiba
di kabupaten Tegal. Area basecamp yang akan aku tuju adalah basecamp Guci, jika
kamu pernah berkunjung ke basecamp area Guci kamu tetap harus memastikan basecamp
mana yang kamu singgahi, karena uniknya Guci punya tiga jalur pendakian yang berbeda
untuk mencapai puncak gunung Slamet.
“Lo pake
mikrolet atau bis nanggung arah Yomani, nanti lanjut pake mobil pickup atau ojek
pangkalan arah Guci. Motor gue masih dipake bokap sayangnya, nanti kalau bokap
gue udah sampe rumah gue jemput lo deh di Yomani” ucap Elang menjelaskan rinci
rute yang harus ku lalui
“Huaaa makasih
banget loh orang baik, sorry nih kalau gue jadi ngerepotin lu mulu tiap tahun”
ucapku
“Santuy,
yodah nanti berkabaran aja ya, gue mau lanjut gawe dulu” ucapnya (gawe=berkerja dalam salah satu Bahasa Jawa)
Pukul lima sore aku sampai di Yomani,
sayang sekali mobil pickup sudah tidak beroprasi karena hari sudah menjelang malam.
Mau naik ojek pangkalan lumayan juga bayarannya. Aku mencoba menikmati
perjalanan, toh tidak ada yang menuntutku untuk terburu-buru sampai Basecamp.
Ku lihat ada toko yang tutup di pinggiran jalan, ku langkahkan kaki ku kesana,
menumpang duduk sementara waktu sekaligus mengabari Elang bahwa sudah sampai
Yomani dengan nasib tidak mendapatkan angkutan mobil pickup.
Sekitar pukul 7 malam, Elang sampai
dengan motor gigi tua kepunya bapaknya. Kami bersalaman dan berbasa basi
sebentar, dan lanjut menjalankan motor ketempat tujuan yang sudah aku tetapkan.
Sepanjang jalan kita bertukar banyak cerita setahun kebelakang. Aku dan Elang
kenal di basecamp 3 tahun lalu, dia dan teman-temannya juga akan naik ke gunung
Slamet. Dari 5 orang rombongan Elang waktu itu, hanya Elang dan Putri yang
masih akrab menjalin komunikasi dengan ku. Dari sini kami akrab dan kejutannya
mereka merupakan pendaki akamsi (anak kampung sini) alias rumahnya memang tidak
jauh dari basecamp. Aku dan Elang memang terhitung jarang chatingan jika aku sudah
berada di kota, jadilah sekalinya kami bertemu banyak cerita yang dapat kami
tukar.
“Oh iya kita ke tempat bang Jeck dulu ya, gua
udah janji mau nemuin dia kalua gua ke Tegal lagi” ucapku di sela-sela
percakapan kami
“Oh okey,
udah lama juga gua gak ketemu beliau” balas Elang
Motor gigi tua kepunyaan bapak Elang
terparkir rapih di area halaman rumah bang Jack. Setahun setelah pendakian perdana
ku dengan Bang Jack, dia pindah ke daerah Karangannyar, Tegal. Singkat cerita dia
ternyata kepincut cewek sini ceritanya, dan dia sekarang jadi salah satu pelatih
eskul pecinta alam di sekolah tempat bekerja istrinya. Lama tidak berjumpa, ngobrol
lah ngalor ngidul kesana kemari hingga tak terasa sudah dua jam. Hari makin
larut, sekitar pukul 10 malam. Aku dan Elang diajaknya makan malam di salah
satu nasi goreng langganan dia dan anak-anak didikannya. Ternyata Bang Jack
bawa pasukan, tidak banyak sih sekitar 3 orang, kami salng berkenalan dan membicarakan
apa saja yang menyenangkan.
Lima menit setelah nasi goreng special
tersedia di depan kami, datang lagi salah satu anak didik bang Jack ikut gabung
bersama kami. Aku ikut menyalaminya dan berkenalan seperti perkenalan pada umumnya.
Namanya Biyan, bagiku dia cukup pendiam diantara teman-temannya. Menurut
penuturan Bang Jack dan teman-temannya yang lain, Biyan adalah orang yang paling
susah diajak kumpul bareng, selalu bentrok dengan waktu kerjanya.
Setelah kumpul, seperti rombongan yang sedang touring, aku ternyata diantar oleh semua yang ada disitu kecuali Bang Jack. Aku pamit ke Bang Jack, dan melanjutkan perjalanan ku ke rumah Putri. Di rumah Putri kami melanjutkan lagi percakapan hingga jam 1 malam. Sedikit menceritakan dilema pendakian yang sedang ku alami, akhirnya aku memutuskan pendakian kali ini akan ku jalani sendiri. Awalnya ingin mengajak putri, tetapi dia sudah izin sedari awal tidak dapat menemani pendakian ku kali ini karena ada acara keluarga yang tidak bisa ia tinggalkan. Niat awalku untuk mendaki sendirian ternyata tidak sebesar logika berfikir ku, mengingat dan menimbang faktor kesehatan dan keselamatan ku akhirnya aku mengambil keputusan baru bahwa akan mendaki bersama dengan porter, ya aku hanya akan mendaki berdua dengan porter (porter = tour guide jalur pendakian sekligus yang membawa logistik tamunya).
Komentar
Posting Komentar