Bunga Hitam (2)

 

(Gambar 1. Pos 1 pendakian gunung Slamet)

“Yeva lo udah sampe mana?” tanya Elang

“Baru aja sampe stasiun Tegal nih, abis dari ini naik apa ya?” tanyaku.

            Ini memang bukan pertama kalinya aku menginjakan kaki di kota ini, bahkan aku sudah akrab sekali dengan kereta yang sering membawa ku ke kota ini setiap tahunnya. Tapi tahun ini, tahun 2022 akan menjadi tahun yang berbeda, aku akan mencoba untuk backpacker kendaraan umum hingga tiba di kabupaten Tegal. Area basecamp yang akan aku tuju adalah basecamp Guci, jika kamu pernah berkunjung ke basecamp area Guci kamu tetap harus memastikan basecamp mana yang kamu singgahi, karena uniknya Guci punya tiga jalur pendakian yang berbeda untuk mencapai puncak gunung Slamet.

“Lo pake mikrolet atau bis nanggung arah Yomani, nanti lanjut pake mobil pickup atau ojek pangkalan arah Guci. Motor gue masih dipake bokap sayangnya, nanti kalau bokap gue udah sampe rumah gue jemput lo deh di Yomani” ucap Elang menjelaskan rinci rute yang harus ku lalui

“Huaaa makasih banget loh orang baik, sorry nih kalau gue jadi ngerepotin lu mulu tiap tahun” ucapku

“Santuy, yodah nanti berkabaran aja ya, gue mau lanjut gawe dulu” ucapnya  (gawe=berkerja dalam salah satu Bahasa Jawa)

            Pukul lima sore aku sampai di Yomani, sayang sekali mobil pickup sudah tidak beroprasi karena hari sudah menjelang malam. Mau naik ojek pangkalan lumayan juga bayarannya. Aku mencoba menikmati perjalanan, toh tidak ada yang menuntutku untuk terburu-buru sampai Basecamp. Ku lihat ada toko yang tutup di pinggiran jalan, ku langkahkan kaki ku kesana, menumpang duduk sementara waktu sekaligus mengabari Elang bahwa sudah sampai Yomani dengan nasib tidak mendapatkan angkutan mobil pickup.

            Sekitar pukul 7 malam, Elang sampai dengan motor gigi tua kepunya bapaknya. Kami bersalaman dan berbasa basi sebentar, dan lanjut menjalankan motor ketempat tujuan yang sudah aku tetapkan. Sepanjang jalan kita bertukar banyak cerita setahun kebelakang. Aku dan Elang kenal di basecamp 3 tahun lalu, dia dan teman-temannya juga akan naik ke gunung Slamet. Dari 5 orang rombongan Elang waktu itu, hanya Elang dan Putri yang masih akrab menjalin komunikasi dengan ku. Dari sini kami akrab dan kejutannya mereka merupakan pendaki akamsi (anak kampung sini) alias rumahnya memang tidak jauh dari basecamp. Aku dan Elang memang terhitung jarang chatingan jika aku sudah berada di kota, jadilah sekalinya kami bertemu banyak cerita yang dapat kami tukar.

 “Oh iya kita ke tempat bang Jeck dulu ya, gua udah janji mau nemuin dia kalua gua ke Tegal lagi” ucapku di sela-sela percakapan kami

“Oh okey, udah lama juga gua gak ketemu beliau” balas Elang

            Motor gigi tua kepunyaan bapak Elang terparkir rapih di area halaman rumah bang Jack. Setahun setelah pendakian perdana ku dengan Bang Jack, dia pindah ke daerah Karangannyar, Tegal. Singkat cerita dia ternyata kepincut cewek sini ceritanya, dan dia sekarang jadi salah satu pelatih eskul pecinta alam di sekolah tempat bekerja istrinya. Lama tidak berjumpa, ngobrol lah ngalor ngidul kesana kemari hingga tak terasa sudah dua jam. Hari makin larut, sekitar pukul 10 malam. Aku dan Elang diajaknya makan malam di salah satu nasi goreng langganan dia dan anak-anak didikannya. Ternyata Bang Jack bawa pasukan, tidak banyak sih sekitar 3 orang, kami salng berkenalan dan membicarakan apa saja yang menyenangkan.

            Lima menit setelah nasi goreng special tersedia di depan kami, datang lagi salah satu anak didik bang Jack ikut gabung bersama kami. Aku ikut menyalaminya dan berkenalan seperti perkenalan pada umumnya. Namanya Biyan, bagiku dia cukup pendiam diantara teman-temannya. Menurut penuturan Bang Jack dan teman-temannya yang lain, Biyan adalah orang yang paling susah diajak kumpul bareng, selalu bentrok dengan waktu kerjanya.

            Setelah kumpul, seperti rombongan yang sedang touring, aku ternyata diantar oleh semua yang ada disitu kecuali Bang Jack.  Aku pamit ke Bang Jack, dan melanjutkan perjalanan ku ke rumah Putri. Di rumah Putri kami melanjutkan lagi percakapan hingga jam 1 malam. Sedikit menceritakan dilema pendakian yang sedang ku alami, akhirnya aku memutuskan pendakian kali ini akan ku jalani sendiri. Awalnya ingin mengajak putri, tetapi dia sudah izin sedari awal tidak dapat menemani pendakian ku kali ini karena ada acara keluarga yang tidak bisa ia tinggalkan. Niat awalku untuk mendaki sendirian ternyata tidak sebesar logika berfikir ku, mengingat dan menimbang faktor kesehatan dan keselamatan ku akhirnya aku mengambil keputusan baru bahwa akan mendaki bersama dengan porter, ya aku hanya akan mendaki berdua dengan porter (porter = tour guide jalur pendakian sekligus yang membawa logistik tamunya).

Komentar