Di kereta, perjalanan menuju kota Malang |
Kesan pertama dalam perjalanan penutup
Ide
perjalanan ini muncul secara tiba-tiba, gua yang sedang libur kuliah dan rada
penat atas pekerjaan rutinitas akhirnya ikut menyetujui dengan antusias ide
perjalanan ke Semeru ini. Kami berangkat hanya ber 3 yaitu kuple sang sinematik
yang merangkap sebagai porter pribadi wkwkwk, alvian si senior yang
merencanakan perjalanan nekat ini, dan gue si bendahara yang mengatur seluruh
biaya perjalanan dari mulai berangkat hingga bisa kembali ke rumah.
Perjalanan
ini rencananya hanya dilakukan oleh dua orang yaitu gue dan alvian tetapi
setelah dipertimbangkan lagi, gak mungkin kan gue izin perjalanan jauh ke ortu
kalau hanya ber dua? Apalagi gue beda gender sama si alvian. Dengan terpaksa
namun menguntungkan guae ajaknya si kuple untuk ikut serta agar perjalanan gua
kali ini aman dari restu orang tua.
Kami
ber 3 tiba di stasiun Pasar Senin kira-kira pukul 12.00 WIB, sengaja datang
duluan memang karena takut ketinggalan kereta, lebih baik nungguin kereta
daripada di tinggal kereta toh? Kalau kamu lebih baik nungguin dia atau
ditinggalin dia? Ehh (abaikan !!!) wkwkwk. Pukul 13.00 WIB kereta membawa gua dan
alvian menuju stasiun Malang, sedangkan jadwal keberangkatan kereta si kuple
itu pukul 13.30 WIB. Jadi gini, karena gua mendadak ngajak si kuple (H-2
keberangkatan) nah jadi kita kehabisan tiket kereta yang sama, akhirnya
cari-cari alternatif lain ketemulah solusi bahwa si kuple jadinya naik kereta
yang jurusan stasiun Surabaya setelah itu dilanjut naik kereta biasa menuju
stasiun Malang.
Selama
perjalanan menuju kota Malang, gua selalu dihantui rasa takut. Apa yang
sebenarnya gua takutin? Jujur aja gua takut bahwa ini akan menjadi perjalanan
penutup dari serangkaian petualangan yang telah gua jalanin sala alvian
akhir-akhir ini. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak mengobrol, larut dalam
dunianya masing-masing. Terlebih lagi saat malam tiba, dia sering tak ada
disampingku untuk menemaniku menikmati perjalanan. Sungguh saat itu jarak ini
terlalu jauh aku tempuh, ingin rasanya segera tiba di kota Malang. Bingung
harus berbuat apa dan cerita pada siapa, akhirnya note catatan juang ku torehkan
tinta biru untuk meluapkan semua perasaan yang sedang dirasa.
23 Agustus 2018, pukul 22.00 WIB
Ahh.. Seperti ada yang hilang
dari sosoknya, atau aku yang terlalu berharap lebih? Dirinya memang milik
semesta, bukan milik siapa-siapa. Rasa ini salah, aku tahu itu. Akankah setiap
ku percayakan rasa selalu pada orang yang tak mungkin ku genggam?. Sudah! Capek
berdebat antara logika dengan hati. Bisakah kamu mengerti diriku yang merindu
ini amat menantikan perjalanan ini agar dapat melunasi semua rindu yang
menumpuk, walau harus diteror dengan segala kemungkinan bahwa ini akan menjadi
perjalanan penutup antara aku dan kamu.
Tapi
nyatanya bagimu aku adalah seorang perempuan kecil yang dapat membuat kesal,
bawel dan pelit. Tak ada kesan indah pada diri ini. Bisakah kamu diam sejenak
untuk pejalanan kali ini? Menemaniku melewarti sepi dan sunyinya malam ini? Sejenak
menyeruput minuman bersama atau sekedar mengarahkan ku untuk bersandar padamu. Kenyataannya
semua itu hanya inginku yang tak pernah menjadi anganmu.
Komentar
Posting Komentar