Tentang DI(A) #1



Beruntungnya aku bertemu dengan mu
Memang untuk saat ini benar-benar tak bisa ku prediksi bagaimana akhir kisah ini.

            Kamu bahkan rela meluangkan waktu mu hanya untuk memberikan ku sebuah penjelasan, sebuah hal sederhana yang tak banyak orang bisa lakukan terhadapku. Sifatku yang keras kepala dan kuat argument ketika sedang emosi membuat mereka semua mundur dan memilih memendam. Tapi tidak denganmu, kamu dengan sabar menunggu waktu dan kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Walaupun maaf untuk saat ini aku belum sepenuhnya percaya atas segala hal yang kamu jelaskan, tapi aku sangat mengapresiasi usahamu untuk menjelaskan.

            “Aku baru ngalamin ternyata gini ya pisah karena overnethink” ucapmu padaku. Setiap dibohongin hingga batas dua kali, diriku selalu merasa was was akan sesuatu padahal belum tentu sesuatu itu dapat terjadi seperti apa yang aku fikirkan.

            Biarkan rinduku dan rindumu melebur dalam temu.

            Ya, kita memilih untuk berteman, saling intropeksi diri masing-masing. Kita sepakat untuk memberi jeda atas hubungan ini, entah jeda yang berkelanjutan atau jeda yang sebenar-benarnya jeda. Kita lihat saja nanti akhirnya akan seperti apa, yang pasti ada harap yang harus aku redamkan, ada ingin yang harus aku hilangkan.

            Pertemuan kita hari ini sangat-sangat mengikis rasa rindu yang telah lama menggerogoti, meredam pilu yang kian hari kian tak tentu arah, mendamaikan jiwa yang telah lama melalangbuana. Sampai manakah ujung kisah kita? Biarlah ku biarkan dirimu menemani kembali perjalanan ini, sosok yang sama dengan tupoksi tugas yang berbeda. Kita sepakat untuk memulainya kembali dari nol, membiarkan diri melebur segala rasa yang selalu ingin mendahului.

Semoga
Semoga saja rasa ini tak hanya aku rasakan sendirian
Semoga saja rasamu juga benar adanya
Semoga saja.


Komentar