Perihal
tentangmu untuk saat ini dan entah sampai kapan akan selalu menjadi topik yang tak
pernah habis ku bicarakan. Hadirmu mungkin sudah tidak akan pernah ada lagi,
tapi kisah yang pernah terjadi diantara kita selalu punya cara untuk hadir
dalam ingatanku setiap harinya. Mungkin disana kamu telah bahagia dengan
kehidupanmu yang tanpa aku, jika benar berarti aku bersyukur telah membuat
keputusan tepat yang dapat mengantarkanmu pada kebahagiaan 😊.
Ku kira
menjauh darimu adalah cara tercepat untuk menyelamatkan banyak hati, termasuk hatiku
sendiri. Tiga hari ku blokir nomormu, sekedar ingin rehat dari circle toxic
yang selama ini kita jalani, membiarkanmu bebas dengan masa mudamu. Jelas sudah
berkali-kali ku katakan bahwa kamu masih senang untuk bersenang-senang dengan
teman-teman, itu memang masa yang akan kamu jalani dalam hidupmu bukan? Tapi
kenapa kamu terus saja mengelak?. “Yang tau diri aku tuh aku, yang tau diri
kamu itu kamu” begitu kata mu saat ku bilang “Kamu memang sedang masa masanya
berteman, berkomitmennya di tunda dulu aja, karena orang yang berani berkomitmen
sudah seharusnya paham apa konsekuensinya”.
Setelah
seringnya kita berselisih paham, hingga ke tingkat yang benar-benar beresiko
tinggi, aku memang memilih untuk menyudahi semuanya. Kata mu “Kalau ada masalah
tuh diselesaikan, sebesar dan seberat apapun masalahnya, cari solusi bukan
malah pergi”. Ya aku setuju dengan pendapat itu, sangat setuju secara logika,
tapi dalam hubungan tidak hanya mengandalkan logika bukan?. Apakah kamu tau
bagaiamana rasa bersalah yang selalu ku rasakan setiap kamu menunjukan ekspresi
sakit? Apa kamu paham apa yang aku rasa ketika melihat orang yang aku sayang
selalu sakit atas apa yang telah aku perbuat? Mau sampai kapan aku menyiksamu? Padahal
sungguh aku tak sengaja melakukannya, tapi mungkin karena kita sudah berbeda pola
fikir maka akan selalu ada celah sekecil apapun yang tak dapat diterima atas
segala tindakan yang telah terjadi. Kamu yang selalu terus mendekat setelah ku
ucap lebih baik kita jalan masing-masing. Kenapa?
Katamu “Rasa
ini masih ada disini, karena itu aku masih tetap ingin bersamamu. Aku tau bahwa
aku bisa aja sakit, aku sudah tau resiko itu. Bukankah katamu CINTA sudah
sepaket dengan JATUH? Karena itu aku tetap disini dengan rasa yang masih sama”.
Jujur saja kata-katamu sangat menenangkan, tapi balik lagi rasa trauma dan
bayangan bahwa kamu akan tersakiti lagi jika tetap bersama ku selalu saja
menghantui. Haruskah cinta serumit ini? Banyak wanita diluar sana yang secara
sukarela memberimu perhatian, memantaskan dirinya untukmu, berharap dapat
mendampingimu dalam situasi apapun, dan kamu juga membalas mereka dengan
keramahanmu. Apakah itu tidak cukup bagimu untuk mendatangkah kebahagiaan dan rasa
sayang selain dari aku? Kenapa disaat yang bersamaan kamu sulit melepasku tapi
juga sulit untuk menyatu dengan ku?
Beberapa hari
yang lalu kamu selalu berusaha chat duluan, padahal selalu ku balas jutek dan
bahkan tak ku balas, tapi selalu ada bahan obrolan yang kamu munculkan agar
dapat tetap berbincang denganku. Kamu tertawa melihat ekspresiku, senang berbincang
denganku, jujur saja aku sangat ingin terbawa suasana bahagia itu, tapi aku
takut takut jika akhirnya itu hanya sementara. Kita video call hingga sahur,
entah apa yang kita obrolkan bahagia bersamamu waktu selalu cepat berlalu.
Esoknya setelah
malam panjang yang kita lewati setelah bersitegang beberapa hari terakhir, aku
ada keperluan untuk memindahkan beberapa foto ke laptop, tak sengaja memori
tentang kita terbuka, ku lihat foto foto kebersamaan kita, ah masa itu, akankah
dapat terulang kembali tanpa disertai rasa sakit dan bersitegang berhari hari? Entahlah
semesta dan waktu yang punya jawabannya. Ku edit foto itu biar tidak terlalu
menampakan dengan jelas, biar seperti ada misteri dibalik foto itu, dengan
polesan hitam putih, iseng ku jadikan fotoprofil WA dan ku share di IG, dengan
caption “Nggak bertepuk sebelah tangan kok”. Ya caption itu diambil dari kejadian
dihari sebelumnya dimana ada percakapan kita yang membahas perihal itu.
“Kamu orangnya aneh ya, pantes aku
suka, aneh sih”
“Sampe sekarang masih aneh kok
wkwk, masih suka gak?”
“masihlah”
“Wiihh masih suka”
“Tapi sebelah tangan”
“kata siapa?”
“ya emang bener”
“emang aku udah bilang?”
“yaudah bilang”
“Nggak bertepuk sebelah tangan
kok”
Setelah
kamu melihat foto kita terpajang di pp ku, kamu pun langsung merubah pp mu
dengan foto cewek lain, entahlah aku tak kenal dengannya. Sungguh aku bingung,
teramat bingung. Sebelumnya sudah ku katakan jangan memberiku perhatian, sungguh
aku tak ingin baper lagi terhadapmu. Tapi kamu bersikukuh mendekatiku dan
memberikan perhatian, jelas padahal aku sering bilang “Menurutmu mungkin perhatian
itu biasa, karena kamu pun melakukan itu kepada banyak perempuan. Tapi bagiku,
kamu itu satu-satunya cowok yang mampu memperlakuakn ku seperti itu setiap
harinya, jadi salahkah jika aku menganggapmu special? Salahkan jika aku menjadi
menaruh harap padamu? setelah peringatan yang sudah ku ucapkan diawal, tetap
salahkah aku yang bisa baper terhadapmu?”
Tolong
beri aku jawaban, apa maksudmu terus berusaha meyakinkan ku untuk kembali
berjuang dan memperbaiki segalanya, tapi disisi lain kamu juga membunuh rasa
itu?. Ku kenang foto kita, kau balas dengan foto perempuan lain. Aku tak
tertarik menanyakannya padamu, karena buat apa? Toh kita memang sudah pisah, taka
da urusan lagi untuk aku tahu siapa dia. Bisa kah kamu menjelaskan kepadaku? Mungkin
teman-temanmu bisa berteman baik denganmu setelah ada rasa terhadapmu, tapi
tidak dengan aku. Tak bisakah kamu menerima aku yang berbeda dari kebanyakan
teman perempuanmu? Ku mohon, jika memang bukan aku satu satunya jangan pernah
datang memberi perhatian padaku. Dan jika memang kamu menginginkanku cobalah
untuk belajar menempatkan prioritas, belajar saling terbuka dan belajar berkabar.
Salam dari aku
Yang selalu berhasil kamu buat bimbang
Aku menyayangimu.
Komentar
Posting Komentar