“Ka, maaf yah aku gak bisa nemenin kakak naik. Padahal aku mau banget ke puncak, udah kangen banget” Ucap Putri
“Gapapa put, tenang aja aku akan baik-baik aja kok. Walaupun
aku cuman berdua berangkatnya, tapi aku yakin disana banyak pendaki lain” balasku
menenangkannya
“Yaudah kalua gitu titip nama ya kak kalau udah sampai
diatas, aku tunggu pulang dengan selamat” hibur Putri
Esok hari
sekitar pukul 7 pagi aku sudah siap-siap untuk keberangkatan perdana pendakian
ku tanpa teman serombongan. Ini akan menjadi pengalaman pertama yang tak
terlupakan, karena selama ini aku tidak pernah memakai jasa porter di setiap
pendakian ku. Aku dan Putri pamit keluar rumah sebentar karena harus mencari logistik
pendakian. Semalam saat ingin membeli ini itu warung disekitar rumah Putri sudah tutup semua,
jadilah kami baru mencarinya sepagi ini. Tidak banyak, hanya cemilan biasa yang
mampu menahan lapar selama 2 hari 1 malam. Bahkan niatnya aku tak ingin membawa
beras, seperti kebanyakan orang menggalau yang diserang ya lambung yang malas
makan. Tapi ku urungkan niat itu, aku tetap membawanya walau bukan untuk ku
tapi untuk porter.
Pukul
setengah sembilan, aku diatar Putri dan temannya ke basecamp pendakian lewat
jalur Gupala. Basecampnya tidak terlalu besar, tapi ini basecamp terlama yang
berada di Guci ini. Tahun ini sudah banyak yang berubah, ada kolam renang di
dalam vila yang berada di pinggir jalan, sampingnya langsung pasar oleh-oleh
bagi wisatawan yang berkunjung ke pemandian air panas Guci.
Pukul
sembilan aku, porter, Putri dan Azka mulai trekking ke pos 1. Putri dan Azka
menemani ku hingga pos 1 saja, untuk mengobati rasa rindu Putri pada hutan
katanya. Selepas dari pos 1 aku hanya di temani porter, hingga tibalah di pos 3
aku bertemu rombongan pendaki dari Jakarta. Jumlahnya tidak banyak hanya 3 orang,
tapi lebih dari cukup untuk membuat ramai pendakian ku kali ini.
Seperti
minimarket berjalan, rombongan ini penuh dengan cemilan dan makan berat. Bahkan
menu-menu yang tidak biasa, seperti steak, hamburger, sandwich, makanan ala
korea, bakar-bakaran, pokokya aku berasa sedang kemping mewah bersama mereka.
Semua menu yang mereka bawa ternyata mampu meluluhkan perutku untuk mencobanya,
alhasil kebutuhan gizi ku selama 2 hari 1 malam sangat tercukupi berkat mereka.
Gambar 1. Menu makanan yang dihidangkan oleh rombongan yang ku temui |
Selepas
subuh kami ber 5 bergegas untuk melanjutkan trekking ke puncak gunung Slamet.
Dengan perbekalan yang sudah disiapkan oleh sang chef, perjalanan kami memakan
waktu 3 jam. Sebenarnya bisa lebih cepat dari itu, tapi kami lebih memilih
untuk banyak menyaksikan panorama bentang alam yang ada di hadapan kami dari
atas. Dua jam yang cukup untuk berada di atas puncak Gunung Slamet, kami akhirnya
memutuskan kembali ke area camp. Selepas makan siang dan berberes tenda, kami
turun bersama sekitar pukul 12 siang.
Tak terasa
sudah berada di pos 2, salah satu dari rombongan kami meminta untuk istirahat sejenak
karena kakinya ada yang terluka sedikit. Di pos ini ada satu tenda yang berdiri,
menurut penuturan yang punya tenda memang sengaja dipasang di pos ini karena ada
satu temannya yang tidak kuat melanjutkan perjalanan jadilah tenda itu berdiri
di pos yang masih terhitung dini ini.
Gambar 2. Pos 2 pendakian Gunung Slamet via Guci |
“Baru turun?” ucap pria asing menyapa ku
“Iyah, masnya mau naik?”
“hahaha, lo udah lupa ya muka gue?”
Aku hanya diam sambil mengingat-ngingat siapa sosok pria
yang ada di hadapan ku ini?
“masnya temennya mas porter kan?” jawabku asal karena memang
yang sedang terpampang jelas dihadapan ku adalah porter yang menemaniku dua
hari ini langsung akrab dengan pria itu.
“hahaha, baru juga kemaren kita kenalan, wajar sih kalau
lupa” tawanya semakin membuatku ingin berfikir lebih.
Satu ingatan muncul tepat sebelum aku tambah malu karena
mudah melupakan kejadian yang katanya baru terjadi kemarin. “Ohhh gue inget, masnya
anak didiknya bang Jack kan ya? Yang kemarin nyusul pas di nasi goreng” balasku
mantap
“akhirnya lo inget juga, siapa nama gue?”
“hmm, Biyan ya gue inget nama masnya Biyan. Terus sekarang
masnya mau naik?”
“udah kemaren, tapi cuman sampe pos 3, karena gak bawa tenda
dan logistik yang cukup, jadi turun deh”
“owh, gabut juga ya naik cuman sampe pos 3”
Tiga puluh
menit kami beristirahat dengan cukup di pos 2 ini, ternyata Biyan ikut rombongan
kami. Selama perjalanan aku dan Biyan mengobrol asyik berdua, sampai lupa kalau
awalnya aku ber lima. Tetapi karena kaki ku sedikit terkilir, maka jalan ku
tidak secepat yang lainnya. Aku dijagai oleh Biyan selama turun disaat yang
lain sudah duluan berjalan agar cepat sampai pos selanjutnya.
“Jujur gua gak pengen naik pake jalur ini karena udah bosen
banget, pengen banget naik dari jalur baru di samping basecamp ini” tutur Biyan
menjelaskan
“Kalau gitu kenapa gak naik dari jalur sebelah? Kenapa malah
naik dari jalur ini?
“karena lo”
“gue?”
“iyah karena gue denger lo bakalan naik sendirian”
“Tapikan gue gak sendirian, gue sama porter kok”
“Tapi porter itu kan bukan temen lo atau yang udah lo kenal
sebelumnya, karena gue sangat menghormati bang Jack seperti bapak gue sendiri
gue merasa gak bisa ngebiarin lo naik sendirian”
“eh, jadi karena disuruh bang Jack?”
“engga, dia gak ngomong apa-apa. Gak tau kenapa gue gak
tenang denger lo bakalan naik sendiri, jadi gue putuskan buat nyusulin lo. Karena emang ini keputusan
mendadak jadilah gue minim banget perbekalan, mana maghrib baru sampe pos 3 dan
sepi, tumben-tumbenan sepi jadi gue diriin flysheet di pos 3 terus nunggu lo
sampe jam 12 ternyata gak ada. Gue turun deh ke pos bawah, nunggu lo lagi tapi
bareng rombongan lain dan ternyata kita ketemu”
“hehehe, makasih lo udah peduli”
“Iyah besok-besok jangan naik sendirian lagi, kalaupun naik
sendirian jangan ke gunung ini”
“ya mau gimana lagi, gue yakin lu juga udah tau alasan kenapa
gue bisa naik sendirian kesini”
“Gue baru denger sedikit sih, tapi kayak ada yang mengganjal
dari cerita yang di certain dia, ternyata kalian awalnya pacarana toh dan putus”
“Ya gitu deh”
Hingga
tiba kembali di basecamp Gupala, aku, rombongan dan Biyan langsung
bersih-bersih dan ganti baju, sedangkan porter langsung gabung dengan teman-temannya
karena memang tugasnya sudah selesai. Selepas bersih-bersih dan makan malam, sekitar
pukul 10 malam salah satu rombongan tiga orang itu mengide untuk mandi sebentar
di air panas Guci, maklum ini pertama kalinya mereka mendaki ke gunung Slamet,
rasanya tidak lengkap jika tidak merasakan syahdunya pemandian air panas Guci
malam-malam. Akhirnya aku dan Biyan ikut mereka ke pemandian, dan ya obrolan
aku dan Biyan tidak jauh seputar mengapa aku bisa sampai memutuskan naik
sendirian ke gunung Slamet.
Komentar
Posting Komentar